Friday, January 6, 2017

Kasus pelatihan militer di Perth cerminan ketidaktahuan warga Australia soal Indonesia?



Pembekuan hubungan kerja sama antara TNI dan militer Australia ditengarai dipicu oleh ketersinggungan pihak TNI.
Dalam laporan harian Kompas, insiden berawal ketika pelatih Komando Pasukan Khusus (Kopassus) mengajar di fasilitas pelatihan pasukan komando Australia di Perth.
Sejumlah laporan media menyebut bahwa sang pelatih mendapat beragam pertanyaan dari para peserta didik saat berdiskusi mengenai beragam hal, antara lain kiprah militer Indonesia dalam peristiwa 1965, kebebasan menentukan nasib sendiri di Papua Barat, hingga aksi di Timor Leste sebelum wilayah itu merdeka.
Puncaknya, dia menemukan tulisan berlaminating yang isinya memelesetkan Pancasila menjadi 'Pancagila'.

 Baca : Tepatkah langkah TNI bekukan kerja sama militer dengan Australia?

 Baca : Menhan Australia yakin hubungan militer dengan Indonesia segera pulih

Sang pelatih kemudian melaporkan kejadian itu kepada pimpinan TNI dan direspons dengan 'penundaan sementara' seluruh kerja sama militer dengan Australia, walau Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengatakan hanya program pelatihan bahasa di satuan khusus Australia yang dihentikan sementara.
Lepas dari bagian kerja sama yang dibekukan, laporan sang instruktur soal pengalaman di Perth diakui Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Tentang tentara yang dulu Timor Leste, Papua juga harus merdeka dan tentang Pancasila yang diplesetkan jadi 'Pancagila'. Tidak benar dan saya hentikan dulu (kerja sama)," kata Gatot kepada wartawan, Kamis (05/01).
Pengalaman instruktur Kopassus di fasilitas pelatihan militer Australia menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa besar pengetahuan warga Australia terhadap Indonesia? Dan apakah warga Indonesia di Australia kerap menerima pertanyaan soal politik, ekonomi, dan sosial-budaya Indonesia dari masyarakat setempat?
Bhatara Ibnu Reza yang mengenyam pendidikan di Universitas New South Wales, Sydney, mengaku warga Australia yang ditemuinya sangat bebas berpendapat dan kritis bertanya mengenai berbagai hal, termasuk soal kemerdekaan Papua dan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.
"Demonstrasi soal Papua, misalnya, adalah hal biasa karena itu kebebasan berpendapat. Dan itu tidak menggambarkan posisi pemerintah Australia terhadap Indonesia," ujar Bhatara.


australia, indonesia

Ketidaktahuan soal Indonesia

Meski bebas berpendapat dan kritis, bukan berarti rata-rata warga Australia gencar mengajukan pertanyaan soal Indonesia.
Sastra Wijaya, yang berprofesi sebagai wartawan Indonesia di Australia, mengaku sangat jarang menerima pertanyaan soal Indonesia.
"Kalaupun ada yang bertanya, mereka adalah orang yang ingin betul-betul tahu (soal Indonesia). Lain dari itu, kebanyakan tidak mau tahu," kata Sastra, seraya merujuk survei mengenai persepsi warga Australia dan Indonesia.
Berdasarkan survei firma EY Sweeney yang dilakukan atas pesanan Pusat Australia-Indonesia (AIC), sebanyak 74% warga Indonesia merasa punya pemahaman yang baik atau cukup baik tentang Australia.
Sebaliknya, hanya 53% orang Australia yang merasa punya pengetahuan baik atau cukup baik soal Indonesia.
Nuim Khaiyath, yang merupakan jurnalis senior asal Indonesia di Australia, tidak kaget dengan hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil survei itu menggarisbawahi perbedaan antara Indonesia dan Australia.
"Tidak ada di dunia ini, dua negara bertetangga yang satu sama lain saling bertolak belakang dari segi budaya, agama, dan lain-lain, seperti Indonesia dan Australia," kata Nuim.
Justru dengan perbedaan itu, menurut Khaiyath, warga kedua negara mendapat kesempatan untuk saling memahami.
"Warga Australia berkepentingan dengan Indonesia, begitu juga sebaliknya. Kalau Indonesia aman tenteram, maka Australia tidurnya bisa nyenyak," kata pria tersebut sembari berseloroh.

Tepatkah langkah TNI bekukan kerja sama militer dengan Australia?

TNI

 Image caption Unit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berlatih bersama pasukan udara Australia di Perth, Australia
Keputusan TNI membekukan kerja sama militer dengan Australia dianggap tepat oleh pengamat dari CSIS Evan Laksmana. Seorang pengamat di Australia sementara itu mengatakan pasang-surut hubungan Indonesia-Australia antara lain disebabkan oleh 'saling curiga'.
Juru bicara TNI Mayjen Wuryanto mengatakan kerja sama ditunda sementara akibat masalah teknis, namun menolak menjelaskan lebih lanjut yang menjadi penyebab penundaan kerja sama militer Indonesia dengan Australian Defence Force (ADF), angkatan bersenjata Australia.
Harian Kompas menulis bahwa hal itu dipicu pengalaman pelatih Kopassus yang mengajar di sekolah pasukan khusus Australia dan menemukan bahan pelatihan 'yang menjelek-jelekkan TNI serta menemukan tulisan lain yang isinya menghina lambang negara Pancasila'.
"Mungkin salah satunya seperti itu, tapi banyak hal-hal terkait yang harus disempurnakan untuk diperbaiki," kata Wuryanto kepada BBC Indonesia.
"Koordinasi terus dilaksanakan antara TNI dengan angkatan bersenjata Australia, tetap ada pembicaraan, ada komunikasi."


Pengamat militer dari CSIS (Centre for Strategic and International Studies) Evan Laksmana menilai tindakan Panglima TNI untuk meninjau kembali kerja sama antar kedua institusi sudah tepat dan tegas.
"Memang ada beberapa aspek dari kerja sama pelatihan dan pendidikan Australia dan Indonesia yang sudah waktunya untuk ditinjau kembali. Langkah Panglima kan tidak menutup kemungkinan untuk membuka kembali hubungan kedua militer. Dan saya rasa dari segi otonomi, karena memang ini ada di ranah kerja sama antara TNI dan ADF, memang sudah menjadi wewenang Panglima mau me-review atau tidak," papar Evan.
"Saya rasa sebagai bukti ketegasan kita, sebagai bukti bahwa kita juga reasonable (masuk akal) saya rasa langkah untuk me-review itu sudah tepat."


TNI
Menurut Evan, persoalan kerja sama militer ini bukan mewakili persoalan bilateral secara lebih luas sehingga tidak perlu diperuncing.
"Ini persoalan hubungan kerja sama TNI dengan ADF dan bukan persoalan secara bilateral yang lebih luas sampai harus melibatkan nota protes diplomatik dan sebagainya," kata Evan.
Evan menambahkan, hubungan kerja sama militer antar Indonesia dan Australia sama-sama menguntungkan kedua negara khususnya dalam hal keamanan maritim dan penanganan terorisme. Namun yang menjadi kunci kedekatan hubungan antar dua negara saat ini bukanlah politik dan militer, melainkan hubungan dagang dan investasi.
"Dari Pak Jokowi dan Pak Turnbull (PM Australia) dia berkunjung ke Jakarta dan kedua negara mempunyai impian bersama untuk shared prosperity (kemakmuran bersama) dan kerja sama bilateral yang paling penting sekarang adalah persoalan trade (dagang). Mungkin saatnya sekarang kita menggeser salah satu landasan hubungan kedua negara bukan lagi pertahanan, tapi perdagangan dan investasi," jelas Evan.

Saling curiga

Di sisi lain, tak bisa dipungkiri hubungan kedua negara kerap mengalami gejolak, termasuk ketika kapal perang Australia masuk ke perairan Indonesia pada akhir 2013. Dua tahun kemudian aparat Australia dilaporkan membayar awak perahu pengangkut pengungsi untuk memutar balik ke perairan Indonesia.
Hubungan kembali memanas ketika dua terpidana narkoba asal Australia dieksekusi mati pada 2015.
Menurut Evan hal ini disebabkan kurangnya kepercayaan antara kedua pihak.
"Pengalaman Timor Timur (Timor Leste) itu cukup kuat yah. Pengalaman tahun 1999 itu saya rasa meninggalkan bekas luka yang cukup dalam dan memang belum hilang sepenuhnya. Artinya rasa kepercayaan dari kita pun baru belakangan pelan-pelan pulih," kata Evan.


Hal ini juga ditegaskan Dave McRae, peneliti dari Asia Institute, Universitas Melbourne.
"Meskipun sikap saling curiga itu ada, namun selama hampir 20 tahun sejak akhir zaman Suharto, kerjasama antara Australia dan Indonesia cenderung meningkat meskipun ada gejolak-gejolak tadi," jelas Dave.
"Bisa jadi itu polanya ke depan bahwa kerja sama meningkat terus di tingkat pemerintah tapi sewaktu-waktu tetap akan ada gejolak seperti yang sering terjadi beberapa tahun terkahir ini."
"Jadi tantangan bagi kedua negara ke depan adalah bagaimana bisa mendalami sikap yang saling memahami dan saling menguntungkan di antara kedua negara karena bagaimanapun letak geografis Australia dan Indonesia tidak akan berubah dan ke depan Australia dan Indonesia menghadapi banyak tantangan yang menyangkut kedua negara."

 TNI


Pada Oktober 2016, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu dan Menteri Pertahanan Australia Marise Payne bertemu di Bali untuk membahas kerja sama dan isu-isu pertahanan kedua negara.
Kunjungan Payne ke Indonesia itu adalah kunjungan pertamanya sebagai menteri mertahanan.
Hingga kini belum jelas sampai kapan pembekuan kerja sama militer ini akan berlangsung namun Menteri Pertahanan Payne sudah menyatakan akan melakukan penyelidikan atas materi yang dianggap menghina itu.
Ini adalah kali kedua kerja sama militer dihentikan sementara, setelah sebelumnya pada 2013 Australia dilaporkan menyadap telepon Presiden Yudhoyono.

Menhan Australia yakin hubungan militer dengan Indonesia segera pulih

australia, militer


Mnteri Pertahanan Australia, Marise Payne, meyakini Indonesia akan memulihkan kerja sama militer dengan negaranya dalam waktu dekat.
Keyakinan Payne mengemuka setelah pemerintah Australia menggelar investigasi mengenai "bahan-bahan pengajaran" di fasilitas militer yang membuat Indonesia merasa terhina.
"Saya berharap bahwa pada kesimpulan penyelidikan, saat kami bisa menunjukkan kepada Indonesia langkah-langkah yang kami ambil di Australia untuk menangani kerisauan-kerisauan ini, kami akan mampu mendiskusikan hal-hal untuk melanjutkan hubungan," kata Payne kepada Australian Broadcasting Corp (ABC).


Payne tidak menyebutkan apakah ada individu yang mendapat sanksi atas insiden yang berbuntut pada pembekuan hubungan militer Indonesia-Australia. Sebab, kata Payne, penyelidikan masih berlangsung.
Menurut Payne, penyelidikan mengenai hal yang dipermasalahkan Indonesia akan segera rampung.
Juru bicara TNI, Mayjen Wuryanto, enggan menyebutkan secara rinci mengapa TNI memutuskan "menunda sementara" kerja sama militer dengan Australia sejak Desember 2016.
Harian Kompas menulis bahwa hal itu dipicu pengalaman pelatih Kopassus yang mengajar di sekolah pasukan khusus Australia dan menemukan bahan pelatihan 'yang menjelek-jelekkan TNI serta menemukan tulisan lain yang isinya menghina lambang negara Pancasila'.
"Mungkin salah satunya seperti itu, tapi banyak hal-hal terkait yang harus disempurnakan untuk diperbaiki," kata Wuryanto.

australia, militer

Soal Papua

Payne mengaku topik mengenai Papua juga diungkit oleh Indonesia.
"Isu Papua Barat dikemukakan oleh menteri pertahanan Indonesia," kata Payne. Namun, tambahnya, Australia "tentu" mengakui "kedaulatan dan integritas teritorium" Indonesia.
Payne membantah tudingan bahwa Australia berupaya merekrut prajurit-prajurit Indonesia di masa lalu, sebagaimana diutarakan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, dalam pidato pada November 2016 lalu.
"Setiap kali ada program pelatihan, seperti terjadi baru-baru ini, lima atau 10 siswa terbaik akan dikirim ke Australia. Itu terjadi sebelum saya menjadi panglima, jadi saya biarkan. Ketika saya menjadi panglima angkatan bersenjata, itu tidak terjadi lagi. Mereka pasti akan direkrut," kata Gatot, dikutip ABC.
Pembekuan hubungan militer Australia dan Indonesia pernah terjadi pada 2013 saat Australia dituding menyadap telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Cemburu pada Istri, Suami Ini Mogok Bicara 20 Tahun

Cemburu pada Istri, Suami Ini Mogok Bicara 20 Tahun  
REUTERS/Fabrizio Bensch
TEMPO.CO, Tokyo- Seorang suami di Jepang dilaporkan mogok bicara dengan istrinya selama 20 tahun karena cemburu dengan perhatian yang istrinya berikan kepada anak-anak mereka.

Hal itu terungkap melalui laporan dari putra pasangan itu yang berusia 18 tahun yang  meminta stasiun TV Hokkaido untuk mendamaikan orangtuanya yang tidak pernah bertegur sapa selama 20 tahun.

Si ayah, Otou Katayama, dilaporkan hanya mengomel dan mengangguk sebagai tanggapan atas upaya isterinya, Yumi berbicara dengannya. Suami istri ini memiliki  tiga anak yang saat ini menginjak remaja.

Stasiun TV Hokkaido pun merespon melalui sebuah program acara untuk mendamaikan Katayama dan istrinya tersebut. Satu pertemuan diatur bagi pasangan itu di bangku di taman tempat mereka pertama kali berkencan dan anak-anak mereka melihat dari jauh.

"Entah bagaimana sudah lama kita tidak berbicara," kata Katayama, berasal dari  Nara, di selatan Jepang seperti dikutip dari Straits Times pada 3 Januari 2017.

"Kamu terlalu berlebihan dalam memperhatikan anak-anak. Yumi, sampai sekarang kamu banyak menghadapi kesulitan. Saya ingin kamu tahu bahwa saya berterima kasih untuk segala-galanya," kata Katayama melanjutkan pembicaraan.

Katayama lalu mengungkapkan alasan mendiamkan istrinya selama 20 tahun tak lain rasa cemburu dengan perhatian yang istrinya beri pada anak-anak.

"Saya cemburu, makanya saya merajuk. Saya rasa sekarang sudah terlambat untuk mengubah keadaan."

Yumi dengan penuh perhatian mendengarkan suaminya. Di akhir pembicaraan, mereka berdua berjanji akan bekerja sama merawat anak-anak mereka.

Tak jauh dari tempat orang tua mereka berbicara, tiga anak mereka bersembunyi di balik pohon. Ketiga remaja ini terharu mendengarkan percakapan kedua orang tua mereka.

Kisah Katayama- Yumi ditayangkan di televisi merespons tradisi  pria dan wanita Jepang enggan berkencan dengan orang yang baru dikenal atau tidak pernah diketahui sebelumnya. Mereka biasanyaa hanya akan menikah dengan teman yang telah mereka kenal sejak lama. Hal tersebut membuat angka pernikahan Jepang menurun.

Catatan pemerintah Jepang tahun 2016 menyebutkan,  69 persen pria dan 59 persen wanita Jepang tidak memiliki teman hidup.

Gunung es besar Antarktika akan melepaskan diri

potongan gunung es

Gunung es yang diperkirakan adalah satu dari 10 yang terluas yang pernah tercatat akan melepaskan diri dari Antartika, kata ilmuwan.
Patahan panjang di kawasan es Larson C tiba-tiba muncul pada Desember lalu dan kini hanya tersisa 20km es yang mempertahankan potongan seluas 5.000 km persegi itu agar tidak putus dan mengambang.
Larsen C adalah kawasan es utama di bagian paling utara Antartika.
Peneliti di Swansea mengatakan bahwa hilangnya es dengan ukuran seperti itu akan membuat kawasan es secara keseluruhan lebih rentan terpecah.
Larsen C memiliki ketebalan 350m dan mengambang di lautan di pinggir Antartika Barat, dan menahan arus gletser yang masuk ke sana.

Baca : Apa yang sebenarnya terjadi pada mamut dan hewan raksasa lain di zaman es?

Baca : Es Arktik 'bertambah sepertiga' 

Peneliti sudah mencatat perpecahan di Larsen C selama beberapa tahun, dan menunggu dengan kecemasan setelah runtuhnya kawasan es Larsen A pada 1995 dan perpecahan secara tak terduga di Larsen B pada 2002.
Tahun lalu, peneliti dari Project Midas Inggris melaporkan bahwa patahan di Larsen C menjalar dengan cepat.
Namun pada Desember, kecepatan patahan tersebut meningkat pesat, tumbuh 18km hanya dalam beberapa minggu. Sebuah potongan gunung es raksasa kini hanya ditahan oleh es sepanjang 20km saja.
 http://ichef-1.bbci.co.uk/news/624/cpsprodpb/10D85/production/_93279986_larsenc-detail_photo_2016315_lrg.jpg

ice shelf rift


"Jika es ini tidak putus dalam beberapa bulan ke depan, saya kagum," kata pemimpin proyek Profesor Adrian Luckman dari Swansea University pada BBC News.
"Belum ada cukup banyak citra Landsat yang cerah tapi kami terus mengombinasikan sepasang citra dari radar Esa Sentinel-1 untuk mengikuti patahan ini, yang hampir putus, dan saya rasa ini tak terhindarkan."
Luckman mengatakan area yang akan putus itu seluas 5.000 km persegi, ukuran yang masuk dalam 10 gunung es terbesar yang pernah tercatat.


Menurut para peneliti ini adalah situasi geografis, bukan iklim. Patahan tersebut sudah terjadi selama beberapa dekade, tapi menurut mereka, muncul dengan cepat dalam beberapa waktu belakangan.
Diyakini bahwa penghangatan iklim memicu pemisahan gunung es namun ilmuwan mengatakan mereka tak punya bukti langsung untuk mendukung asumsi tersebut.
Namun mereka mengkhawatirkan dampak putusnya gunung es tersebut terhadap kawasan es sisanya, karena kawasan es Larsen B yang bersebelahan, pecah dengan luar biasa pada 2002 setelah peristiwa putusnya potongan es besar yang mirip dengan kejadian ini.


Larsen B

"Meskipun yang lain tidak yakin, kami percaya bahwa kawasan es yang tersisa akan menjadi lebih tidak stabil dibandingkan sekarang," kata Luckman.
"Dalam beberapa bulan atau tahun ke depan, kami memperkirakan pada pemisahan-pemisahan lain, dan pada akhirnya mungkin keruntuhan - namun ini sulit diprediksi dan model penghitungan kami menyatakan bahwa ini akan menjadi lebih tidak stabil; tapi tidak tiba-tiba akan langsung runtuh."
Saat mengambang di lautan, gunung es yang terpisah tersebut tidak akan meningkatkan tinggi muka laut. Namun jika kawasan es yang tersisa semakin pecah, maka akan menghasilkan gletser yang hanyut dari dataran di belakangnya dan mempercepat jalannya di lautan, es yang tidak mengambang itu akan mempengaruhi ketinggian muka laut.
Berdasarkan perkiraan, jika semua es di Larsen C masuk ke laut, maka perairan global akan naik 10cm.
Semua skenario itu akan terjadi di masa depan. Namun ada kepastian yang terjadi sekarang terlepas dari perubahan di pesisir es Antarktika.
"Konsekuensinya adalah kawasan es ini akan kolaps dalam beberapa tahun sampai dekade ke depan," kata Luckman.
"Peran dari permukaan laut di kawasan ini belum ada dalam perkiraaan siapapun; ini adalah sebuah peristiwa geografis yang akan mengubah lansekap di sana."

Es Arktik 'bertambah sepertiga'


Volume es Arktik bertambah sekitar sepertiga setelah musim panas yang sejuk pada 2013.
Menurut para peneliti, pertumbuhan itu berlanjut pada 2014 dan bisa mengganti kehilangan es yang terjadi dalam tiga tahun sebelumnya.
Para ilmuwan meyakini bahwa perubahan pada suhu di musim panas punya dampak besar pada es dari yang sebelumnya diperkirakan.
Tapi, kata mereka, peristiwa musim panas yang sejuk seperti pada 2013 hanya terjadi sesekali dan perubahan iklim akan terus menyusutkan es dalam beberapa dekade ke depan.

Meningkatkan volume

Kawasan Arktik sudah lebih dulu menghangat dari sebagian besar Bumi dalam 30 tahun terakhir.
Pengamatan satelit mendokumentasikan penurunan sekitar 40% dalam es tutupan permukaan laut di Arktik sejak 1980.
Namun, meski penurunan tutupan es sudah tercatat dengan baik, indikator kunci yang ingin dipahami ilmuwan sebenarnya adalah hilangnya volume es laut.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, selama lima tahun terakhir, para peneliti sudah mengumpulkan data dari satelit Cryosat milik Eropa.
Pesawat luar angkasa pengamat kutub ini memiliki sistem radar canggih yang memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan volume es dengan tepat.
Para peneliti menggunakan 88 juta pengukuran ketebalan es dari Cryosat dan menemukan bahwa antara 2010-2012, volume es turun sampai 14%.
Mereka mengumumkan temuan awal tersebut pada akhir 2013 - tapi kini sudah mempertajam dan memperbaruinya dengan data dari 2014.
Jika dibandingkan dengan rata-rata periode antara 2010-2012, para ilmuwan menemukan bahwa ada 33% kenaikan dalam volume es pada 2013, sementara pada 2014 masih ada sekitar lebih dari seperempat es jika dibandingkan dengan volume antara 2010-2012.
"Kami melihat juga beberapa faktor pendorong iklim, kami melihat ketebalan es, kami melihat gerakan arus angin, dan lamanya musim mencair pada musim panas lalu," kata peneliti utama Rachel Tilling kepada BBC.
"Kami menemukan bahwa hubungan paling erat yang terjadi adalah dengan panjangnya musim leleh - dan sepanjang musim panas 2013 adalah yang terdingin yang pernah terjadi dalam lima tahun terakhir, dan kami percaya ada lebih banyak es tersisa pada akhir musim panas."
Para peneliti menemukan bahwa suhu yang dingin memungkinkan es bertahan di barat laut Greenland karena ada lebih sedikit hari di mana terjadi pelelehan. Data suhu mengindikasikan bahwa musim panas 2013 sekitar 5% lebih dingin dibanding 2012.
Para ilmuwan percaya bahwa pengukuran yang makin akurat yang sudah mereka umumkan ini menunjukkan bahwa es lebih sensitif pada perubahan daripada yang sebelumnya mereka perkirakan. Menurut mereka, meski ada yang percaya
bahwa saat suhu turun terjadi kenaikan es sebagai hal yang positif, tapi ini juga bisa negatif saat suhu naik.
"Data ini tampaknya menunjukkan bahwa es laut lebih bisa bertahan jika ada setahun suhu dingin. Kita hampir saja memundurkan kondisi ke beberapa tahun sebelum penurunan jumlah es yang terus terjadi selama beberapa dekade," kata Rachel Tilling.
"Tren jangka panjang volume es terus menurun dan tren jangka panjang suhu di Arktik terus naik. Temuan ini tidak mengubah tren tersebut. Sepanjang yang kami lihat, musim panas yang sejuk tersebut adalah anomali."

Apa yang sebenarnya terjadi pada mamut dan hewan raksasa lain di zaman es?


Mamut
Jumlah spesies yang ada di Bumi dewasa ini diperkirakan sekitar 10 juta, yang tentu saja bukan angka yang kecil. Secara keseluruhan para ahli memperkirakan jumlah spesies yang pernah hidup di muka Bumi sekitar lima miliar.
Perkiraan itu membawa kesimpulan yang mengejutkan: 99% spesies sudah punah.
Setiap tahunnya makin banyak spesies yang kelangsungan hidupnya putus sama sekali. Para saintis menghitung, tingkat kepunahan spesies dewasa ini lima kali lebih tinggi dibandingkan periode setengah miliar tahun terakhir.


Perburuan dan penangkapan ikan yang berlebihan serta kehilangan habitat akibat ulah manusia mendesak banyak spesies menjadi terancam. Kita sudah terlalu banyak mengubah planet kita dan para ahli geologi berpendapat kita memasuki tahap baru dalam sejarah Bumi, sebuah masa yang disebut Anthroposen atau suatu masa dalam geologi dengan kegiatan manusia menjadi pengaruh yang paling dominan dalam iklim dan lingkungan.
Pada tahun 2100 nanti, para ahli meyakini manusia menjadi penyebab punahnya setengah dari jumlah keseluruhan spesies yang ada saat ini ada.
Karena kita sekarang hidup di era kepunahan ini, relatif mudah bagi para ahli untuk meneliti penyebab punahnya satu spesies, karena kita mengalaminya sendiri secara langsung. Tapi bagaimana dengan kepunahan massal yang terjadi di masa lalu?
Untuk mengetahuinya kita harus melihat yang sudah disimpulkan oleh palaentologis, geologis, dan para ilmuwan lain berdasarkan data-data yang mereka kumpulkan.

Tidak cukup bukti

Masalah dalam upaya untuk menguraikan penyebab dari kepunahan megafauna pada era Pleistosen ini adalah bahwa bukti-buktinya sedikit sehingga terjadi perdebatan yang berlarut-larut di kalangan ilmuwan untuk menafsirkannya dengan sebaik mungkin.
Mamut
Yang membuatnya lebih rumit lagi adalah kepunahan Pleistosen yang terjadi di beberapa daerah dunia berlangsung dalam tingkat lebih lambat dibanding daerah lainnya, dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemanusiaan yang berbeda pula.
Salah satu argumentasi yang paling populer dalam menjelaskan kepunahan ini adalah disebabkan perubahan lingkungan. Planet kita mulai muncul dari zaman es terakhir pada saat kepunahan berlangsung. Suhu global diperkirakan meningkat sekitar 6'C, perubahan yang akan mempengaruhi binatang-binatang yang besar karena mereka tidak bisa kehilangan panas secepat binatang yang lebih kecil.
Selain itu, iklim diperkirakan berubah-ubah lebih ekstrim pada masa itu, dengan pergeseran dari kondisi amat basah menjadi amat kering. Hal ini mungkin makin memperburuk kepunahan megafauna. Karena mamalia dari jaman es kemungkinan punya bulu yang tebal maka akan sulit bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
Pandangan lain menuding manusia dalam musnahnya megafauna pada zaman es. Ini adalah hipotesa berburu, yang pertama kali muncul pada tahun 1870-an lalu setelah ditemukan bahwa manusia hidup berdampingan dengan mamut.
Salah satu peristiwa kepunahan adalah yang terjadi menjelang akhir Pleistosen, beberapa puluh ribu tahun lalu. Kadang disebut sebagai kepunahan megafauna karena banyak spesies yang menjadi korban adalah hewan-hewan berukuran besar, dengan bobot lebih dari 44 kg. Namun penyebab utamanya masih menjadi perdebatan di kalangan para ilmuwan.
Namun bukti-bukti yang belakangan memperlihatkan bahwa kepunahan mamut di Eurasia berlangsung jauh sebelum perburuan yang berlebihan menjadi penyebabnya. Pada titik inilah, ketidaksepakatan tentang penyebab kepunahan mulai muncul.
Bigfoot
Dan yang membuat perdebatan lebih rumit, kemungkinan sebab-sebab dari kepunahan tidak berhenti pada perubahan cuaca dan perburuan yang berlebihan. Ada yang berpendapat penyakit menular yang mematikan -yang dibawa manusia atau hewan miliknya- mungkin menjadi penyebab utama. Jadi siapa yang benar?
Ada beberapa peneliti yang yakin bahwa perburuan yang berlebihan mungkin merupakan penyebab utama dari kepunahan megafauna di Amerika dan Australia. Teori perburuan berlebihan ini populer pada akhir tahun 1960-an lewat karya almarhum Paul S Martin, seorang ahli geologi dari Universitas Arizona.
Secara umum bisa diterima bahwa perburuan berlebihan adalah penyebab utama di Australia dan Selandia Baru. Cuaca di kawasan itu pada saat kepunahan secara garis besar sama dengan sekarang dan spesies yang hidup pada masa itu bisa menyesuaikan diri dengan kegersangan.

Faktor kehadiran manusia

Bukti-bukti memperlihatkan bahwa bersamaan dengan imigrasi manusia ke kawasan itu, mereka berburu fauna asli di sana dengan mudahnya. Hewan-hewan asli setempat di sana sebelumnya tidak pernah melihat manusia dan mereka polos-polos saja dengan taktik berburu manusia. Lingkungan yang gersang juga mudah terbakar, dan dengan kemampuan menyalakan api mereka yang mengesankan, manusia pertama di kawasan itu bisa membakar habitat yang luas, yang berperan dalam penurunan jumlah spesies asli.
Namun di bagian dunia lainnya, masih belum jelas apakah argumentasi perburuan yang berlebihan bisa menjelaskan kepunahan megafauna.
"Perubahan cuaca yang pesat terjadi pada masa manusia pertama tiba di kontinen itu yang membuat sulit untuk memastikan faktor mana yang paling menentukan dalam kelangsungan megafauna," kata pendukung teori perburuan, Gary Haynes dari Unibersitas Nevada di Reno.
Beberapa ilmuwan dengan cepat mengatakan ada masalah jika menerapkan teori perburuan di kawasan seperti Amerika Utara. Misalnya, amat sedikit lokasi perburuan yang ditemukan di Amerika yang memperlihatkan manusia bertanggung jawab atas kematian sejumlah besar mamalia. Beberapa studi memperlihatkan hanya dua spesies megafauna yang diburu sedara meluas di Amerika Utara: mamut dan mastodon.


Pada masa kepunahan zaman es di Amerika utara, populasi manusia juga diperkirakan terlalu sedikit untuk menyebabkan kepunahan yang meluas dan para manusia itu tidak memiliki alat untuk membunuh mamalia besar dalam jumlah yang banyak.
Salan seorang pengkritik hipotesa perburuan besar-besaran adalah David Meltzer dari Universitas Metodis Selatan di Dallas, Texas. Dia berpendapat tidak cukup bukti-bukti untuk memperlihatkan manusia menjadi penyebab dari kepunahan zaman es di Amerika.
Dalam kajiannya tahun 2015, Meltzer menulis 25 halaman untuk meruntuhkan teori perburuan dengan menemukan lobang-lobang di data yang ada. Misalnya, dia menemukan dari 23 genera (satuan di bawah keluarga yang terdiri atas beberapa spesies) mamalia megafauna yang ada di Amerika Utara pada masa akhir zaman es, ada sembilan yang selamat dan tidak ada alasan yang jelas kenapa hal itu terjadi berdasarkan hipotesa perburuan berlebihan.
Kenapa manusia memburu 23 jenis namun yang sembilannya tidak? Dan kenapa mereka memburuh spesies tertentu sampai punah sementara yang lainnya dengan mudah ditemukan karena jumlahnya berlimpah-limpah?
Pendukung perburuan dengan cepat mempertahankan teorinya.
Haynes dalam tulisan tahun 2007 berpendapat bahwa alasan untuk menentang hipotesa perburuan berlebihan berasal 'dari ketidakpedulian yang didasarkan pada pengetahuan yang tidak lengkap, prasangka, dan salah interpretasi'. Dia mengatakan bahwa jangan hanya karena tidak ada bukti yang kuat dalam hipotesa perburuan lantas hal itu menjadi tidak benar. Gagasanya merujuk pada peribahasa umum dalam sains: tidak ada bukti jangan dicampurkan dengan bukti atas ketidak adaan.
Dia kemudian menyamakannya dengan misteri Bigfoot. Memang tidak ada bukti-bukti dalam pengertian ditemukannya sisa-sisa dari mitos kera besar. Namun itu jelas tidak sama dengan mengatakan 'ada bukti-bukti bahwa Bigfoot tidak ada'.
"Saya mengatakan penyebabnya mausia," kata Haynes, walau dia mengakui perubahan iklim mungkin juga berperan.
"Tidak diragukan bahwa perubahan cuaca dan vegetasi berdampak besar pada populasi megafauna, secara regional maupun kontinental," jelasnya. "Namun kepunahan yang tidak bisa dihindarkan dari mamalia besar di beberapa benua, bersamaan dengan penyebaran meluas dari manusia modern Homo Sapiens ke benua-benua itu, sudah cukup menjadi bukti tidak langsung untuk meyakinkan saya bahwa faktor utama dalam kepunahan adalah kehadiran manusia."

Teori penyakit

Haynes bukan satu-satunya yang yakin dengan teori perburuan. Todd Surovell, arkeolog dari Universitas Wyoming di Laramie, juga salah seorang pendukungnya. Dia menunjuk pada korelasi antara kedatangan manusia di kawasan-kawasan itu dan gelombang kepunahan yang menyusulnya.
Surovell juga mengatakan tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung teori perubahan iklim.
"Kita tidak punya kasus yang jelas tentang kepunahan skala besar hewan yang tidak ada manusianya. Mamut, misalnya, bertahan ke masa Holosen di kepulauan-kepulauan yang tidak terjangkau manusia," katanya. "Kecuali perubahan iklim secara sempurna mengikuti kolonialisasi global manusia, tidak bisa dijelaskan terjadinya kepunahan di tempat yang berbeda pada waktu yang berbeda."
Sementara Haynes mempertanyakan kenapa perubahan iklim bisa menjadi satu-satunya penyebab ketika amat banyak genera yang punah ternyata bisa bertahan dalam sejumlah perubahan cuaca selama dua hingga tiga juta tahun sebelumnya, yang tidak terlalu berbeda dengan perubahan cuaca terakhir pada masa kepunahan'.
"Masalah lain dengan perubahan cuaca adalah beberapa kepunahan terjadi ketika tidak ada perubahan cuaca besar terjadi," kata Haynes.
Ross Barnett, seorang ahli kepunahan Pleistosen di Universitas Kopenhagen, Denmark, sepakat dengan Haynes.
"Peralihan Pleistosen/Holosen pada dasarnya tidak berbeda dari banyak perubahan glasial/intraglasial sebelumnya, kecuali ada manusia modern di sekitarnya."
Namun para peneliti lainnya tidak setuju. "Semata-mata menunjuk ada masalah dalam argumentasi perubahan cuaca tidak menjadi bukti bahwa penyebabnya adalah manusia," kata Tony Stuart, ahli kepunahan megafaunal dari Universitas Durham, Inggris. Stuart percaya bahwa teori perubahan iklim belu pasti dan banyak pekerjaan yang diperlukan untuk menentukan bahwa ada sesuatu yang unik tentang Last Glazial atau Zaman Es.
Ada pula sejumlah ahli yang berpendapat baik perburuan yang berlebihan maupun perubahan iklim adalah tidak benar.
Teori penyakit yang diusulkan oleh Ross MacPhee dan Preston Marx beperendapat bahwa 'hyperdisease' atau super penyakit dibawa ke mamalia asli oleh manusia yang berimigrasi atau mungkin oleh anjing mereka. Penyakit itu khususnya menyerang mamalia besar, karena spesies yang lebih kecil bisa bertahan berhubung populasinya lebih banyak dan juga masa kehamilan mereka yang lebih singkat.
Agar penyakit itu bisa memusnahkan begitu banyaknya spesies, maka harus 1) bisa hidup di luar tubuh, 2) mudah menyebar, 3) bisa menginfeksi banyak spesies, dan 4) bisa membunuh sedikitnya 50% dari yang terinfeksi.
Bagaimanapun gagasan ini tampaknya tidak punya banyak bukti pendukung, sehingga dianggap banyak orang kecil kemungkinan sebagai penyebab utama kepunahan pada zaman es.

Prematur untuk menyimpulkan

Dengan mengkaji berbagai teori-teori yang bertentangan dalam menjelaskan kepunahan megafaunal ini, muncul pertanyaan seberapa banyak debat ini menyangkut pendapat yang berbeda dan seberapa banyak pula yang menyangkut ideologi yang berbeda.
"Ada perlawanan filósofis terhadap gagasan bahwa para pemburu praindustri tidak memiliki kesadaran pelestarian," kata Haynes.
Peneliti lain merasa ketidaksepakatan sudah menjadi semacam pertarungan. "Mereka yang berteriak bahwa manusia tidak pernah menjadi penyebab, tampaknya sama terdorongnya secara ideologis dengan sejumlah orang di sisi perburuan berlebihan," seperti pengamatan Barnett.
Sementara Stuart yakin bahwa argumentasi yang berbeda memicu konflik di kalangan peneliti. "Jelas salah untuk melangkah maju karena seolah-olah pertanyaannya sudah terjawab," katanya. Dia merasa perdebatan telah 'menghambat penyelidikan lebih lanjut dan menyepelekan pandangan-pandangan alternatif'.
Apakah mungkin bahwa kepunahan disebabkan oleh keduanya: perubahan iklim dan perburuan berlebihan oleh manusia?
Hal itulah tampaknya yang terjadi pada kepunahan terakhir megafauna era Pleistosen di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia Tenggara, jadi mungkin kombinasinya menjadi penyebab dari musnahnya megafauna di wilayah-wilayah lain.
"Mungkin tidak ada penjelasan untuk setiap peristiwa kepunahan," kata Surovell.
Namun Stuart berpendapat masalahnya masih jauh dari pemecahan. "Ini adalah masalah yang amat rumit dan buktinya tidak cukup untuk sebagian besar bagian dunia, termasuk Amerika Utara," katanya.
"Jadi tergantung bagaimana Anda menafsirkan bukti yang tersedia. Pandangan saya adalah sepenuhnya prematur untuk menyimpulkan secara pasti berdasarkan kondisi pengatahuan kita sekarang."
Surovell sepakat. "Kita semua memiliki bukti yang sama, namun kita menafisrkan dengan cara berbeda."
Misteri yang menyelubungi penyebab dari kepunahan zaman es terakhir mungkin belum terpecahkan namun jelas kepunahan pasa masa kini tidak diragukan lagi disebabkan kita.
Dengan perubahan iklim yang berubah pesat dan kegiatan kita yang merusak lingkungan terus berlanjut, mungkin para ahli Pleistosen akhirnya mencapai konsensus dan sepakat bahwa kombinasi faktor-faktor tersebut yang mendorong beragam spesies menjadi punah secara global.

Tottenham Hotspur akhiri tren positif Chelsea 5 Januari 2017

http://ichef-1.bbci.co.uk/news/660/cpsprodpb/5917/production/_93270822_reuters-hi037109198.jpg
Dua gol Spurs—julukan Tottenham Hotspur—diciptakan Dele Alli sesaat sebelum babak pertama berakhir dan ketika babak kedua baru berjalan sembilan menit.
Hasil tersebut mendongkrak Spurs dari peringkat lima klasemen sementara Liga Primer ke peringkat tiga dengan mengantongi 42 poin atau terpaut tujuh poin dari Chelsea yang masih mantap sebagai pemuncak klasemen.
Pada saat bersamaan, kemenangan Spurs menggusur Manchester City dan Arsenal dari tiga besar klasemen.
"Ini merupakan kemenangan besar, tiga angka yang sangat penting untuk mengurangi kesenjangan dari pemimpin klasemen. Pertandingan berjalan sangat keras, kami bermain menghadapi salah satu tim terbaik di Eropa sehingga nilai kemenangan ini sangat tinggi," ujar manajer Spurs, Mauricio Pochettino.

chelsea, spurs, liga primer

Di lain pihak, manajer Chelsea, Antonio Conte, dan anak-anak asuhannya kecewa tidak bisa meraih 14 kemenangan beruntun sehingga gagal memecahkan rekor kemenangan terpanjang di Liga Primer yang dicetak Arsenal pada musim 2001-2002 dan 2002-2003.
Meski demikian, posisi Chelsea masih nyaman lantaran terpaut lima angka dari Liverpool yang berada di posisi kedua.
"Tidak mudah bermain melawan Tottenham. Tapi kami bermain dengan kepribadian baik untuk menciptakan peluang demi menciptakan gol, walau kami tidak bisa meraihnya. Aneh bagi kami kebobolan karena kami bertahan dengan baik dan mereka dalam momen yang krusial. (Gol tercipta) pada akhir babak pertama dan kemudian pada babak kedua setelah kami luput dari kesempatan mencetak gol, namun ini bisa terjadi," papar Conte.
Pada pertandingan berikutnya, 14 Januari mendatang, Chelsea berpeluang memperlebar jarak dengan Liverpool dan Spurs mengingat the Blues—julukan Chelsea—akan bertandang ke Leicester City yang kini menduduki peringkat 15. Adapun Liverpool bakal bertandang ke Old Trafford, markas Manchester United.

Thursday, January 5, 2017

Ketua Fraksi PKS Keberatan Kenaikan Harga BBM dan Tarif Listrik

Ketua Fraksi PKS Keberatan Kenaikan Harga BBM dan Tarif Listrik 








Pemerintah mengeluarkan kebijakan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dan TDL (Tarif Dasar Listrik) pada awal tahun 2017 ini.
Penaikan harga BBM mulai berlaku hari ini, 5 Januari 2017, untuk semua jenis BBM dengan nilai kenaikan 300 rupiah per liter di semua daerah. Sementara penaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) telah berlaku lebih dulu mulai 1 Januari 2017 lalu.
Terkait TDL, terdapat penambahan satu golongan tarif baru, yaitu rumah tangga mampu dengan daya 900 VA. Golongan tarif ini dahulu merupakan golongan tarif R-1/900 VA.
Akibatnya, sebanyak 18,9 juta pelanggan listrik 900 VA yang masuk dalam kategori Rumah Tangga Mampu (RTM) akan mengalami ‎pencabutan subsidi secara bertahap mulai 1 Januari 2017.
Menyikapi kebijakan tersebut, Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini menyatakan keberatan dan meminta pemerintah mengevaluasi kembali dengan menimbang kondisi riil masyarakat yang saat ini dalam kondisi ekonomi yang sulit.
"Sikap Fraksi PKS ini konsisten dengan pandangan Fraksi saat pembahasan RAPBN 2017. Fraksi PKS menilai dari berbagai indikator ekonomi dan kesejahteraan, rakyat masih sulit secara ekonomi, angka pengangguran masih tinggi, sementara daya beli masyarakat masih rendah," ungkap Jazuli melalui pesan singkat, Kamis (5/1/2017).
Dengan realitas tersebut, lanjut Jazuli Juwaini, tidak bijak jika pemerintah menambah beban ekonomi rakyat dengan menaikkan harga BBM dan TDL.
"Untuk itu, Fraksi PKS meminta kepada Presiden untuk membatalkan atau menunda kenaikan harga BBM dan TDL karena hal ini akan menambah kesulitan dan penderitaan rakyat khususnya rakyat kecil," kata Jazuli.
Anggota Komisi I ini menyarankan agar Pemerintah fokus terlebih dahulu pada upaya peningkatan fundamental kesejahteraan rakyat sebelum mengambil kebijakan penaikan harga-harga. Kalau diterapkan dalam kondisi ekonomi rakyat yang sulit saat ini, lanjut Jazuli, jelas ini akan menjadi "kado pahit" tahun baru 2017.
"Harusnya pemerintah aktif menciptakan lapangan kerja dulu agar pengangguran bisa dikurangi drastis dan daya beli masyarakat meningkat signifikan, baru kalau mau menaikan BBM dan TDL pun rakyat tidak akan terlalu terpukul dan terbebani," tutur Jazuli.

Soal Biaya Pembuatan STNK hingga BPKB, Menko Perekonomian: Apa Kenaikannya Harus 300 Persen?

 Menko Bidang Perekonmian Darmin Nasution


Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengingatkan kepada instansi pemerintahan untuk tidak menaikan tarif pelayanan yang masuk ke Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) secara berlebihan.
Pernyataan itu dilontarkan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan saat ditanya wartawan tentang kenaikan pembuatan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) hingga BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) pada 6 Januari 2017.
"Ya tadi sebenarnya Presiden mengingatkan waktu di Bogor (Sidang Kabinet). Kalau tarif PNBP untuk pelayanan masyarakat, janganlah naik tinggi-tinggi," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Pesan Presiden itu kata Darmin, ditunjukan untuk mengingatkan bahwa tarif PNBP berkaitan dengan pelayanan. Masyarakat-lah yang akan terkena dampak bila tarif PNBP terlalu tinggi.
Darmin sendiri membenarkan bahwa tarif baru biaya pembuatan STNK hingga BPKB lantaran PNBP di Polri tidak pernah naik dari tujuh tahun lalu. Namun ia juga memiliki pertanyaan.
"Iya betul, tapi apa harus 300 persen (kenaikannya)?," tanya Darmin.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) tertanggal 6 Desember 2016.
Peraturan ini dibuat untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010 tentang hal sama, berlaku efektif mulai 6 Januari 2017.
Isinya mengatur tarif baru untuk pengurusan surat-surat kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia secara nasional.
Dalam peraturan baru tersebut, terdapat penambahan tarif pengurusan, antara lain pengesahan STNK, penerbitan nomor registrasi kendaraan bermotor pilihan, dan surat izin serta STNK lintas batas negara.
Besaran kenaikan biaya kepengurusan surat-surat kendaraan ini naik dua sampai tiga kali lipat.
Misalnya, untuk penerbitan STNK roda dua maupun roda tiga, pada peraturan lama hanya membayar Rp 50.000, peraturan baru membuat tarif menjadi Rp 100.000. Untuk roda empat, dari Rp 75.000 menjadi Rp 200.000.
Kenaikan cukup besar terjadi di penerbitan BPKB baru dan ganti kepemilikan (mutasi).
Roda dua dan tiga yang sebelumya dikenakan biaya Rp 80.000, dengan peraturan baru ini, akan menjadi Rp 225.000.
Roda empat yang sebelumnya Rp 100.000 kini dikenakan biaya Rp 375.000 atau meningkat tiga kali lipat.

Harga BBM dan Tarif Listrik Naik, Jokowi Diminta Batalkan Kenaikan PNBP Kendaraan Bermotor

Presiden Joko Widodo memimpin sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Jumat (9/9/2016).
Menurut Direktur Indonesia Tax Center (INTAC), Basuki Wibowo, langkah pemerintah untuk menaikkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kendaraan bermotor akan menambah beban masyarakat.
"Menurut saya ini tidak adil," ujar Basuki dalam pemaparannya di kantor Seknas Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Jakarta Selatan, Kamis (5/1/2017).

Baca: Rencana Kenaikan Tarif SIM, STNK dan BKPB Diusulkan Banggar DPR

Baca: Soal Biaya Pembuatan STNK hingga BPKB, Menko Perekonomian: Apa Kenaikannya Harus 300 Persen?

Polisi sebagai salah satu lembaga yang menerima PNBP kendaraan bermotor adalah lembaga yang masih terus menyempurnakan dirinya agar terbebas dari korupsi.
Menurut Basuki, bukan langkah yang bisa jika pemerintah mempercayakan kenaikan PNBP kendaraan bermotor kepada Polisi yang masih terus berbenah diri.
"(Masalah) ini harusnya diperbaiki, bukan malah menaikan (PNBP)," terangnya.
Ia berharap Presiden Joko Widodo mau membatalkan kebijakan yang baru akan berlaku besok, Jumat (6/1/2016) itu.
Alasan kenapa kebijakan tersebut harus dibatalkan, adalah kondisi ekonomi masyarakat saat ini.
Koordinator Advokasi dan Infestigasi FITRA, Apung Widadi menambahkan bahwa pelayanan di kepolisian saat ini masih belum sempurna.
Alasan pemerintah bahwa kenaikan PBNP kendaraan bermotor adalah untuk menaikkan PNBP pajak kendaraan bermotor, bukanlah alasan tepat.
"Logika itu sebetulnnya terbalik, kewajiban pemerintah kan memberikan pelayanan yang bagus, karena dia sudah mengambil pajak dari rakyat setiap tahun. Kenapa harus mengambil lagi," katanya.

Kata Kapolri, Rencana Kenaikan Tarif SIM, STNK dan BKPB Diusulkan Banggar DPR

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan rencana kenaikan pengurusan yang berkaitan dengan kendaraan bermotor seperti SIM, STNK dan BPKB telah dibahas lama di DPR.
“Itu kan sudah lintas sektoral. Dan juga sudah dibicarakan cukup panjang dengan Komisi III dan Banggar,” kata Tito Karnavian di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/1/2017).
Tito Karnavian mengatakan, usulan kenaikan tersebut banyak dikemukakan oleh Badan Anggaran DPR dalam rangka perbaikan pelayanan publik.
“Usulan itu banyak juga yang dari Banggar. Intinya untuk layanan publik yang lebih baik,” kata Tito Karnavian.

Baca: Ketua Fraksi PKS Keberatan Kenaikan Harga BBM dan Tarif Listrik

Perbaikan pelayanan publik tersebut, kata Tito Karnavian, yakni akan diterapkan sistem online misalnya pengurusan SIM yang dibuat di Papua namun bekerja atau tinggal di Jakarta.
Dengan sistem online, Tito Karnavian mengatakan warga itu tidak perlu harus bolak-balik Jakarta-Papua untuk perpanjang SIM dan menghabiskan ongkos yang besar.
“Kalau dengan SIM yang dia online, dia bisa perpanjang langsung ke Daan Mogot itu  dengan membayar uang yang standar Rp 200 ribu berapa gitu ya. Jadi justru bisa menghemat banyak sekali dengan sistem online,” tutur Tito Karnavian.

Baca: Soal Biaya Pembuatan STNK hingga BPKB, Menko Perekonomian: Apa Kenaikannya Harus 300 Persen?

Sama halnya dengan pengurusan STNK yang dimiliki oleh warga yang lokasi tinggalnya berbeda dengan wilayah dimana STNK itu dibuat.
Selain itu, Tito Karnavian mengatakan, adanya sistem online ini akan perlahan menghilangkan 'biaya-biaya tambahan' yang berpotensi adanya penyalahgunaan wewenang, korupsi dan pungli.
 "Kenapa demikian? Karena sistem pembayarannya online melalui bank. Otomatis biaya tambahan yang lebih dari itu, mungkin STNK motor, dengan sistem online yang kita buat, otomatis dia akan bayar ke bank, sehingga biaya tambahan itu tidak ada lagi," ucap Tito Karnavian.