Pembekuan hubungan kerja sama antara TNI dan militer Australia ditengarai dipicu oleh ketersinggungan pihak TNI.
Dalam
laporan harian Kompas, insiden berawal ketika pelatih Komando Pasukan
Khusus (Kopassus) mengajar di fasilitas pelatihan pasukan komando
Australia di Perth.
Sejumlah laporan media menyebut bahwa sang
pelatih mendapat beragam pertanyaan dari para peserta didik saat
berdiskusi mengenai beragam hal, antara lain kiprah militer Indonesia
dalam peristiwa 1965, kebebasan menentukan nasib sendiri di Papua Barat,
hingga aksi di Timor Leste sebelum wilayah itu merdeka.
Puncaknya, dia menemukan tulisan berlaminating yang isinya memelesetkan Pancasila menjadi 'Pancagila'.
Sang pelatih kemudian melaporkan kejadian itu kepada pimpinan
TNI dan direspons dengan 'penundaan sementara' seluruh kerja sama
militer dengan Australia, walau Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan mengatakan hanya program pelatihan bahasa di satuan
khusus Australia yang dihentikan sementara.
Lepas dari bagian
kerja sama yang dibekukan, laporan sang instruktur soal pengalaman di
Perth diakui Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Tentang
tentara yang dulu Timor Leste, Papua juga harus merdeka dan tentang
Pancasila yang diplesetkan jadi 'Pancagila'. Tidak benar dan saya
hentikan dulu (kerja sama)," kata Gatot kepada wartawan, Kamis (05/01).
Pengalaman
instruktur Kopassus di fasilitas pelatihan militer Australia
menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa besar pengetahuan warga
Australia terhadap Indonesia? Dan apakah warga Indonesia di Australia
kerap menerima pertanyaan soal politik, ekonomi, dan sosial-budaya
Indonesia dari masyarakat setempat?
Bhatara Ibnu Reza yang
mengenyam pendidikan di Universitas New South Wales, Sydney, mengaku
warga Australia yang ditemuinya sangat bebas berpendapat dan kritis
bertanya mengenai berbagai hal, termasuk soal kemerdekaan Papua dan
pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.
"Demonstrasi soal
Papua, misalnya, adalah hal biasa karena itu kebebasan berpendapat. Dan
itu tidak menggambarkan posisi pemerintah Australia terhadap Indonesia,"
ujar Bhatara.
Ketidaktahuan soal Indonesia
Meski bebas berpendapat dan kritis, bukan berarti rata-rata warga Australia gencar mengajukan pertanyaan soal Indonesia.
Sastra
Wijaya, yang berprofesi sebagai wartawan Indonesia di Australia,
mengaku sangat jarang menerima pertanyaan soal Indonesia.
"Kalaupun
ada yang bertanya, mereka adalah orang yang ingin betul-betul tahu
(soal Indonesia). Lain dari itu, kebanyakan tidak mau tahu," kata
Sastra, seraya merujuk survei mengenai persepsi warga Australia dan
Indonesia.
Berdasarkan survei firma EY Sweeney yang dilakukan atas
pesanan Pusat Australia-Indonesia (AIC), sebanyak 74% warga Indonesia
merasa punya pemahaman yang baik atau cukup baik tentang Australia.
Sebaliknya, hanya 53% orang Australia yang merasa punya pengetahuan baik atau cukup baik soal Indonesia.
Nuim
Khaiyath, yang merupakan jurnalis senior asal Indonesia di Australia,
tidak kaget dengan hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil survei itu
menggarisbawahi perbedaan antara Indonesia dan Australia.
"Tidak
ada di dunia ini, dua negara bertetangga yang satu sama lain saling
bertolak belakang dari segi budaya, agama, dan lain-lain, seperti
Indonesia dan Australia," kata Nuim.
Justru dengan perbedaan itu, menurut Khaiyath, warga kedua negara mendapat kesempatan untuk saling memahami.
"Warga
Australia berkepentingan dengan Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Kalau Indonesia aman tenteram, maka Australia tidurnya bisa nyenyak,"
kata pria tersebut sembari berseloroh.
Image caption
Unit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berlatih bersama pasukan udara Australia di Perth, Australia
Keputusan TNI
membekukan kerja sama militer dengan Australia dianggap tepat oleh
pengamat dari CSIS Evan Laksmana. Seorang pengamat di Australia
sementara itu mengatakan pasang-surut hubungan Indonesia-Australia
antara lain disebabkan oleh 'saling curiga'.
Juru bicara TNI
Mayjen Wuryanto mengatakan kerja sama ditunda sementara akibat masalah
teknis, namun menolak menjelaskan lebih lanjut yang menjadi penyebab
penundaan kerja sama militer Indonesia dengan Australian Defence Force
(ADF), angkatan bersenjata Australia.
Harian Kompas menulis bahwa
hal itu dipicu pengalaman pelatih Kopassus yang mengajar di sekolah
pasukan khusus Australia dan menemukan bahan pelatihan 'yang
menjelek-jelekkan TNI serta menemukan tulisan lain yang isinya menghina
lambang negara Pancasila'.
"Mungkin salah satunya seperti itu,
tapi banyak hal-hal terkait yang harus disempurnakan untuk diperbaiki,"
kata Wuryanto kepada BBC Indonesia.
"Koordinasi terus dilaksanakan antara TNI dengan angkatan bersenjata Australia, tetap ada pembicaraan, ada komunikasi."
Pengamat militer dari CSIS (Centre for Strategic and
International Studies) Evan Laksmana menilai tindakan Panglima TNI untuk
meninjau kembali kerja sama antar kedua institusi sudah tepat dan
tegas.
"Memang ada beberapa aspek dari kerja sama pelatihan dan
pendidikan Australia dan Indonesia yang sudah waktunya untuk ditinjau
kembali. Langkah Panglima kan tidak menutup kemungkinan untuk membuka
kembali hubungan kedua militer. Dan saya rasa dari segi otonomi, karena
memang ini ada di ranah kerja sama antara TNI dan ADF, memang sudah
menjadi wewenang Panglima mau me-review atau tidak," papar Evan.
"Saya rasa sebagai bukti ketegasan kita, sebagai bukti bahwa kita juga reasonable (masuk akal) saya rasa langkah untuk me-review itu sudah tepat."
Menurut Evan, persoalan kerja sama militer ini bukan
mewakili persoalan bilateral secara lebih luas sehingga tidak perlu
diperuncing.
"Ini persoalan hubungan kerja sama TNI dengan ADF dan
bukan persoalan secara bilateral yang lebih luas sampai harus
melibatkan nota protes diplomatik dan sebagainya," kata Evan.
Evan
menambahkan, hubungan kerja sama militer antar Indonesia dan Australia
sama-sama menguntungkan kedua negara khususnya dalam hal keamanan
maritim dan penanganan terorisme. Namun yang menjadi kunci kedekatan
hubungan antar dua negara saat ini bukanlah politik dan militer,
melainkan hubungan dagang dan investasi.
"Dari Pak Jokowi dan Pak Turnbull (PM Australia) dia berkunjung ke Jakarta dan kedua negara mempunyai impian bersama untuk shared prosperity (kemakmuran bersama) dan kerja sama bilateral yang paling penting sekarang adalah persoalan trade (dagang).
Mungkin saatnya sekarang kita menggeser salah satu landasan hubungan
kedua negara bukan lagi pertahanan, tapi perdagangan dan investasi,"
jelas Evan.
Saling curiga
Di
sisi lain, tak bisa dipungkiri hubungan kedua negara kerap mengalami
gejolak, termasuk ketika kapal perang Australia masuk ke perairan
Indonesia pada akhir 2013. Dua tahun kemudian aparat Australia dilaporkan membayar awak perahu pengangkut pengungsi untuk memutar balik ke perairan Indonesia.
Hubungan kembali memanas ketika dua terpidana narkoba asal Australia dieksekusi mati pada 2015.
Menurut Evan hal ini disebabkan kurangnya kepercayaan antara kedua pihak.
"Pengalaman
Timor Timur (Timor Leste) itu cukup kuat yah. Pengalaman tahun 1999 itu
saya rasa meninggalkan bekas luka yang cukup dalam dan memang belum
hilang sepenuhnya. Artinya rasa kepercayaan dari kita pun baru
belakangan pelan-pelan pulih," kata Evan.
Hal ini juga ditegaskan Dave McRae, peneliti dari Asia Institute, Universitas Melbourne.
"Meskipun
sikap saling curiga itu ada, namun selama hampir 20 tahun sejak akhir
zaman Suharto, kerjasama antara Australia dan Indonesia cenderung
meningkat meskipun ada gejolak-gejolak tadi," jelas Dave.
"Bisa
jadi itu polanya ke depan bahwa kerja sama meningkat terus di tingkat
pemerintah tapi sewaktu-waktu tetap akan ada gejolak seperti yang sering
terjadi beberapa tahun terkahir ini."
"Jadi tantangan bagi kedua
negara ke depan adalah bagaimana bisa mendalami sikap yang saling
memahami dan saling menguntungkan di antara kedua negara karena
bagaimanapun letak geografis Australia dan Indonesia tidak akan berubah
dan ke depan Australia dan Indonesia menghadapi banyak tantangan yang
menyangkut kedua negara."
Pada Oktober 2016, Menteri Pertahanan Indonesia
Ryamizard Ryacudu dan Menteri Pertahanan Australia Marise Payne bertemu
di Bali untuk membahas kerja sama dan isu-isu pertahanan kedua negara.
Kunjungan Payne ke Indonesia itu adalah kunjungan pertamanya sebagai menteri mertahanan.
Hingga
kini belum jelas sampai kapan pembekuan kerja sama militer ini akan
berlangsung namun Menteri Pertahanan Payne sudah menyatakan akan
melakukan penyelidikan atas materi yang dianggap menghina itu.
Ini
adalah kali kedua kerja sama militer dihentikan sementara, setelah
sebelumnya pada 2013 Australia dilaporkan menyadap telepon Presiden
Yudhoyono.
Mnteri Pertahanan
Australia, Marise Payne, meyakini Indonesia akan memulihkan kerja sama
militer dengan negaranya dalam waktu dekat.
Keyakinan Payne
mengemuka setelah pemerintah Australia menggelar investigasi mengenai
"bahan-bahan pengajaran" di fasilitas militer yang membuat Indonesia
merasa terhina.
"Saya berharap bahwa pada kesimpulan
penyelidikan, saat kami bisa menunjukkan kepada Indonesia
langkah-langkah yang kami ambil di Australia untuk menangani
kerisauan-kerisauan ini, kami akan mampu mendiskusikan hal-hal untuk
melanjutkan hubungan," kata Payne kepada Australian Broadcasting Corp (ABC).
Payne tidak menyebutkan apakah ada individu yang mendapat sanksi
atas insiden yang berbuntut pada pembekuan hubungan militer
Indonesia-Australia. Sebab, kata Payne, penyelidikan masih berlangsung.
Menurut Payne, penyelidikan mengenai hal yang dipermasalahkan Indonesia akan segera rampung.
Juru
bicara TNI, Mayjen Wuryanto, enggan menyebutkan secara rinci mengapa
TNI memutuskan "menunda sementara" kerja sama militer dengan Australia
sejak Desember 2016.
Harian Kompas menulis bahwa hal itu dipicu
pengalaman pelatih Kopassus yang mengajar di sekolah pasukan khusus
Australia dan menemukan bahan pelatihan 'yang menjelek-jelekkan TNI
serta menemukan tulisan lain yang isinya menghina lambang negara
Pancasila'.
"Mungkin salah satunya seperti itu, tapi banyak hal-hal terkait yang harus disempurnakan untuk diperbaiki," kata Wuryanto.
Soal Papua
Payne mengaku topik mengenai Papua juga diungkit oleh Indonesia.
"Isu
Papua Barat dikemukakan oleh menteri pertahanan Indonesia," kata Payne.
Namun, tambahnya, Australia "tentu" mengakui "kedaulatan dan integritas
teritorium" Indonesia.
Payne membantah tudingan bahwa Australia
berupaya merekrut prajurit-prajurit Indonesia di masa lalu, sebagaimana
diutarakan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, dalam pidato pada
November 2016 lalu.
"Setiap kali ada program pelatihan, seperti
terjadi baru-baru ini, lima atau 10 siswa terbaik akan dikirim ke
Australia. Itu terjadi sebelum saya menjadi panglima, jadi saya biarkan.
Ketika saya menjadi panglima angkatan bersenjata, itu tidak terjadi
lagi. Mereka pasti akan direkrut," kata Gatot, dikutip ABC.
Pembekuan
hubungan militer Australia dan Indonesia pernah terjadi pada 2013 saat
Australia dituding menyadap telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
TEMPO.CO, Tokyo-
Seorang suami di Jepang dilaporkan mogok bicara dengan istrinya selama
20 tahun karena cemburu dengan perhatian yang istrinya berikan kepada
anak-anak mereka.
Hal itu terungkap melalui
laporan dari putra pasangan itu yang berusia 18 tahun yang meminta
stasiun TV Hokkaido untuk mendamaikan orangtuanya yang tidak pernah
bertegur sapa selama 20 tahun.
Si ayah, Otou
Katayama, dilaporkan hanya mengomel dan mengangguk sebagai tanggapan
atas upaya isterinya, Yumi berbicara dengannya. Suami istri ini
memiliki tiga anak yang saat ini menginjak remaja.
Stasiun TV Hokkaido pun merespon melalui sebuah program acara untuk
mendamaikan Katayama dan istrinya tersebut. Satu pertemuan diatur bagi
pasangan itu di bangku di taman tempat mereka pertama kali berkencan dan
anak-anak mereka melihat dari jauh.
"Entah
bagaimana sudah lama kita tidak berbicara," kata Katayama, berasal dari
Nara, di selatan Jepang seperti dikutip dari Straits Times pada 3
Januari 2017.
"Kamu terlalu berlebihan dalam
memperhatikan anak-anak. Yumi, sampai sekarang kamu banyak menghadapi
kesulitan. Saya ingin kamu tahu bahwa saya berterima kasih untuk
segala-galanya," kata Katayama melanjutkan pembicaraan.
Katayama lalu mengungkapkan alasan mendiamkan istrinya selama 20 tahun
tak lain rasa cemburu dengan perhatian yang istrinya beri pada
anak-anak.
"Saya cemburu, makanya saya merajuk. Saya rasa sekarang sudah terlambat untuk mengubah keadaan."
Yumi
dengan penuh perhatian mendengarkan suaminya. Di akhir pembicaraan,
mereka berdua berjanji akan bekerja sama merawat anak-anak mereka.
Tak
jauh dari tempat orang tua mereka berbicara, tiga anak mereka
bersembunyi di balik pohon. Ketiga remaja ini terharu mendengarkan
percakapan kedua orang tua mereka.
Kisah
Katayama- Yumi ditayangkan di televisi merespons tradisi pria dan
wanita Jepang enggan berkencan dengan orang yang baru dikenal atau tidak
pernah diketahui sebelumnya. Mereka biasanyaa hanya akan menikah dengan
teman yang telah mereka kenal sejak lama. Hal tersebut membuat angka
pernikahan Jepang menurun.
Catatan pemerintah Jepang tahun 2016 menyebutkan, 69 persen pria dan 59 persen wanita Jepang tidak memiliki teman hidup.
Gunung es yang
diperkirakan adalah satu dari 10 yang terluas yang pernah tercatat akan
melepaskan diri dari Antartika, kata ilmuwan.
Patahan panjang di
kawasan es Larson C tiba-tiba muncul pada Desember lalu dan kini hanya
tersisa 20km es yang mempertahankan potongan seluas 5.000 km persegi itu
agar tidak putus dan mengambang.
Larsen C adalah kawasan es utama di bagian paling utara Antartika.
Peneliti
di Swansea mengatakan bahwa hilangnya es dengan ukuran seperti itu akan
membuat kawasan es secara keseluruhan lebih rentan terpecah.
Larsen
C memiliki ketebalan 350m dan mengambang di lautan di pinggir Antartika
Barat, dan menahan arus gletser yang masuk ke sana.
Peneliti sudah mencatat perpecahan di Larsen C selama beberapa
tahun, dan menunggu dengan kecemasan setelah runtuhnya kawasan es Larsen
A pada 1995 dan perpecahan secara tak terduga di Larsen B pada 2002.
Tahun lalu, peneliti dari Project Midas Inggris melaporkan bahwa patahan di Larsen C menjalar dengan cepat.
Namun
pada Desember, kecepatan patahan tersebut meningkat pesat, tumbuh 18km
hanya dalam beberapa minggu. Sebuah potongan gunung es raksasa kini
hanya ditahan oleh es sepanjang 20km saja.
"Jika es ini tidak putus dalam beberapa bulan ke
depan, saya kagum," kata pemimpin proyek Profesor Adrian Luckman dari
Swansea University pada BBC News.
"Belum ada cukup banyak citra
Landsat yang cerah tapi kami terus mengombinasikan sepasang citra dari
radar Esa Sentinel-1 untuk mengikuti patahan ini, yang hampir putus, dan
saya rasa ini tak terhindarkan."
Luckman mengatakan area yang
akan putus itu seluas 5.000 km persegi, ukuran yang masuk dalam 10
gunung es terbesar yang pernah tercatat.
Menurut para peneliti ini adalah situasi geografis, bukan iklim.
Patahan tersebut sudah terjadi selama beberapa dekade, tapi menurut
mereka, muncul dengan cepat dalam beberapa waktu belakangan.
Diyakini
bahwa penghangatan iklim memicu pemisahan gunung es namun ilmuwan
mengatakan mereka tak punya bukti langsung untuk mendukung asumsi
tersebut.
Namun mereka mengkhawatirkan dampak putusnya gunung es
tersebut terhadap kawasan es sisanya, karena kawasan es Larsen B yang
bersebelahan, pecah dengan luar biasa pada 2002 setelah peristiwa
putusnya potongan es besar yang mirip dengan kejadian ini.
"Meskipun yang lain tidak yakin, kami percaya bahwa
kawasan es yang tersisa akan menjadi lebih tidak stabil dibandingkan
sekarang," kata Luckman.
"Dalam beberapa bulan atau tahun ke
depan, kami memperkirakan pada pemisahan-pemisahan lain, dan pada
akhirnya mungkin keruntuhan - namun ini sulit diprediksi dan model
penghitungan kami menyatakan bahwa ini akan menjadi lebih tidak stabil;
tapi tidak tiba-tiba akan langsung runtuh."
Saat mengambang di
lautan, gunung es yang terpisah tersebut tidak akan meningkatkan tinggi
muka laut. Namun jika kawasan es yang tersisa semakin pecah, maka akan
menghasilkan gletser yang hanyut dari dataran di belakangnya dan
mempercepat jalannya di lautan, es yang tidak mengambang itu akan
mempengaruhi ketinggian muka laut.
Berdasarkan perkiraan, jika semua es di Larsen C masuk ke laut, maka perairan global akan naik 10cm.
Semua
skenario itu akan terjadi di masa depan. Namun ada kepastian yang
terjadi sekarang terlepas dari perubahan di pesisir es Antarktika.
"Konsekuensinya adalah kawasan es ini akan kolaps dalam beberapa tahun sampai dekade ke depan," kata Luckman.
"Peran
dari permukaan laut di kawasan ini belum ada dalam perkiraaan siapapun;
ini adalah sebuah peristiwa geografis yang akan mengubah lansekap di
sana."
Volume es Arktik bertambah sekitar sepertiga setelah musim panas yang sejuk pada 2013.
Menurut
para peneliti, pertumbuhan itu berlanjut pada 2014 dan bisa mengganti
kehilangan es yang terjadi dalam tiga tahun sebelumnya.
Para ilmuwan meyakini bahwa perubahan pada suhu di musim panas punya dampak besar pada es dari yang sebelumnya diperkirakan.
Tapi,
kata mereka, peristiwa musim panas yang sejuk seperti pada 2013 hanya
terjadi sesekali dan perubahan iklim akan terus menyusutkan es dalam
beberapa dekade ke depan.
Meningkatkan volume
Kawasan Arktik sudah lebih dulu menghangat dari sebagian besar Bumi dalam 30 tahun terakhir.
Pengamatan satelit mendokumentasikan penurunan sekitar 40% dalam es tutupan permukaan laut di Arktik sejak 1980.
Namun,
meski penurunan tutupan es sudah tercatat dengan baik, indikator kunci
yang ingin dipahami ilmuwan sebenarnya adalah hilangnya volume es laut.
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, selama lima tahun terakhir, para peneliti
sudah mengumpulkan data dari satelit Cryosat milik Eropa.
Pesawat luar angkasa pengamat kutub ini memiliki
sistem radar canggih yang memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan
volume es dengan tepat.
Para peneliti menggunakan 88 juta
pengukuran ketebalan es dari Cryosat dan menemukan bahwa antara
2010-2012, volume es turun sampai 14%.
Mereka mengumumkan temuan awal tersebut pada akhir 2013 - tapi kini sudah mempertajam dan memperbaruinya dengan data dari 2014.
Jika
dibandingkan dengan rata-rata periode antara 2010-2012, para ilmuwan
menemukan bahwa ada 33% kenaikan dalam volume es pada 2013, sementara
pada 2014 masih ada sekitar lebih dari seperempat es jika dibandingkan
dengan volume antara 2010-2012.
"Kami melihat juga beberapa faktor
pendorong iklim, kami melihat ketebalan es, kami melihat gerakan arus
angin, dan lamanya musim mencair pada musim panas lalu," kata peneliti
utama Rachel Tilling kepada BBC.
"Kami menemukan bahwa hubungan
paling erat yang terjadi adalah dengan panjangnya musim leleh - dan
sepanjang musim panas 2013 adalah yang terdingin yang pernah terjadi
dalam lima tahun terakhir, dan kami percaya ada lebih banyak es tersisa
pada akhir musim panas."
Para peneliti menemukan bahwa suhu yang
dingin memungkinkan es bertahan di barat laut Greenland karena ada lebih
sedikit hari di mana terjadi pelelehan. Data suhu mengindikasikan bahwa
musim panas 2013 sekitar 5% lebih dingin dibanding 2012.
Para ilmuwan percaya bahwa pengukuran yang makin
akurat yang sudah mereka umumkan ini menunjukkan bahwa es lebih sensitif
pada perubahan daripada yang sebelumnya mereka perkirakan. Menurut
mereka, meski ada yang percaya
bahwa saat suhu turun terjadi kenaikan es sebagai hal yang positif, tapi ini juga bisa negatif saat suhu naik.
"Data
ini tampaknya menunjukkan bahwa es laut lebih bisa bertahan jika ada
setahun suhu dingin. Kita hampir saja memundurkan kondisi ke beberapa
tahun sebelum penurunan jumlah es yang terus terjadi selama beberapa
dekade," kata Rachel Tilling.
"Tren jangka panjang volume es terus
menurun dan tren jangka panjang suhu di Arktik terus naik. Temuan ini
tidak mengubah tren tersebut. Sepanjang yang kami lihat, musim panas
yang sejuk tersebut adalah anomali."
Jumlah spesies yang
ada di Bumi dewasa ini diperkirakan sekitar 10 juta, yang tentu saja
bukan angka yang kecil. Secara keseluruhan para ahli memperkirakan
jumlah spesies yang pernah hidup di muka Bumi sekitar lima miliar.
Perkiraan itu membawa kesimpulan yang mengejutkan: 99% spesies sudah punah.
Setiap
tahunnya makin banyak spesies yang kelangsungan hidupnya putus sama
sekali. Para saintis menghitung, tingkat kepunahan spesies dewasa ini
lima kali lebih tinggi dibandingkan periode setengah miliar tahun
terakhir.
Perburuan dan penangkapan ikan yang berlebihan serta kehilangan
habitat akibat ulah manusia mendesak banyak spesies menjadi terancam.
Kita sudah terlalu banyak mengubah planet kita dan para ahli geologi
berpendapat kita memasuki tahap baru dalam sejarah Bumi, sebuah masa
yang disebut Anthroposen atau suatu masa dalam geologi dengan kegiatan
manusia menjadi pengaruh yang paling dominan dalam iklim dan lingkungan.
Pada tahun 2100 nanti, para ahli meyakini manusia menjadi
penyebab punahnya setengah dari jumlah keseluruhan spesies yang ada saat
ini ada.
Karena kita sekarang hidup di era kepunahan ini, relatif
mudah bagi para ahli untuk meneliti penyebab punahnya satu spesies,
karena kita mengalaminya sendiri secara langsung. Tapi bagaimana dengan
kepunahan massal yang terjadi di masa lalu?
Untuk mengetahuinya
kita harus melihat yang sudah disimpulkan oleh palaentologis, geologis,
dan para ilmuwan lain berdasarkan data-data yang mereka kumpulkan.
Tidak cukup bukti
Masalah
dalam upaya untuk menguraikan penyebab dari kepunahan megafauna pada
era Pleistosen ini adalah bahwa bukti-buktinya sedikit sehingga terjadi
perdebatan yang berlarut-larut di kalangan ilmuwan untuk menafsirkannya
dengan sebaik mungkin.
Yang membuatnya lebih rumit lagi adalah kepunahan
Pleistosen yang terjadi di beberapa daerah dunia berlangsung dalam
tingkat lebih lambat dibanding daerah lainnya, dengan kondisi lingkungan
dan tingkat kemanusiaan yang berbeda pula.
Salah satu argumentasi
yang paling populer dalam menjelaskan kepunahan ini adalah disebabkan
perubahan lingkungan. Planet kita mulai muncul dari zaman es terakhir
pada saat kepunahan berlangsung. Suhu global diperkirakan meningkat
sekitar 6'C, perubahan yang akan mempengaruhi binatang-binatang yang
besar karena mereka tidak bisa kehilangan panas secepat binatang yang
lebih kecil.
Selain itu, iklim diperkirakan berubah-ubah lebih
ekstrim pada masa itu, dengan pergeseran dari kondisi amat basah menjadi
amat kering. Hal ini mungkin makin memperburuk kepunahan megafauna.
Karena mamalia dari jaman es kemungkinan punya bulu yang tebal maka akan
sulit bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
Pandangan
lain menuding manusia dalam musnahnya megafauna pada zaman es. Ini
adalah hipotesa berburu, yang pertama kali muncul pada tahun 1870-an
lalu setelah ditemukan bahwa manusia hidup berdampingan dengan mamut.
Salah
satu peristiwa kepunahan adalah yang terjadi menjelang akhir
Pleistosen, beberapa puluh ribu tahun lalu. Kadang disebut sebagai
kepunahan megafauna karena banyak spesies yang menjadi korban adalah
hewan-hewan berukuran besar, dengan bobot lebih dari 44 kg. Namun
penyebab utamanya masih menjadi perdebatan di kalangan para ilmuwan.
Namun
bukti-bukti yang belakangan memperlihatkan bahwa kepunahan mamut di
Eurasia berlangsung jauh sebelum perburuan yang berlebihan menjadi
penyebabnya. Pada titik inilah, ketidaksepakatan tentang penyebab
kepunahan mulai muncul.
Dan yang membuat perdebatan lebih rumit, kemungkinan
sebab-sebab dari kepunahan tidak berhenti pada perubahan cuaca dan
perburuan yang berlebihan. Ada yang berpendapat penyakit menular yang
mematikan -yang dibawa manusia atau hewan miliknya- mungkin menjadi
penyebab utama. Jadi siapa yang benar?
Ada beberapa peneliti yang
yakin bahwa perburuan yang berlebihan mungkin merupakan penyebab utama
dari kepunahan megafauna di Amerika dan Australia. Teori perburuan
berlebihan ini populer pada akhir tahun 1960-an lewat karya almarhum
Paul S Martin, seorang ahli geologi dari Universitas Arizona.
Secara
umum bisa diterima bahwa perburuan berlebihan adalah penyebab utama di
Australia dan Selandia Baru. Cuaca di kawasan itu pada saat kepunahan
secara garis besar sama dengan sekarang dan spesies yang hidup pada
masa itu bisa menyesuaikan diri dengan kegersangan.
Faktor kehadiran manusia
Bukti-bukti
memperlihatkan bahwa bersamaan dengan imigrasi manusia ke kawasan itu,
mereka berburu fauna asli di sana dengan mudahnya. Hewan-hewan asli
setempat di sana sebelumnya tidak pernah melihat manusia dan mereka
polos-polos saja dengan taktik berburu manusia. Lingkungan yang gersang
juga mudah terbakar, dan dengan kemampuan menyalakan api mereka yang
mengesankan, manusia pertama di kawasan itu bisa membakar habitat yang
luas, yang berperan dalam penurunan jumlah spesies asli.
Namun di
bagian dunia lainnya, masih belum jelas apakah argumentasi perburuan
yang berlebihan bisa menjelaskan kepunahan megafauna.
"Perubahan
cuaca yang pesat terjadi pada masa manusia pertama tiba di kontinen itu
yang membuat sulit untuk memastikan faktor mana yang paling menentukan
dalam kelangsungan megafauna," kata pendukung teori perburuan, Gary
Haynes dari Unibersitas Nevada di Reno.
Beberapa ilmuwan dengan
cepat mengatakan ada masalah jika menerapkan teori perburuan di kawasan
seperti Amerika Utara. Misalnya, amat sedikit lokasi perburuan yang
ditemukan di Amerika yang memperlihatkan manusia bertanggung jawab atas
kematian sejumlah besar mamalia. Beberapa studi memperlihatkan hanya dua
spesies megafauna yang diburu sedara meluas di Amerika Utara: mamut dan
mastodon.
Pada masa kepunahan zaman es di Amerika utara, populasi manusia
juga diperkirakan terlalu sedikit untuk menyebabkan kepunahan yang
meluas dan para manusia itu tidak memiliki alat untuk membunuh mamalia
besar dalam jumlah yang banyak.
Salan seorang pengkritik hipotesa
perburuan besar-besaran adalah David Meltzer dari Universitas Metodis
Selatan di Dallas, Texas. Dia berpendapat tidak cukup bukti-bukti untuk
memperlihatkan manusia menjadi penyebab dari kepunahan zaman es di
Amerika.
Dalam kajiannya tahun 2015, Meltzer menulis 25 halaman
untuk meruntuhkan teori perburuan dengan menemukan lobang-lobang di data
yang ada. Misalnya, dia menemukan dari 23 genera (satuan di bawah
keluarga yang terdiri atas beberapa spesies) mamalia megafauna yang ada
di Amerika Utara pada masa akhir zaman es, ada sembilan yang selamat dan
tidak ada alasan yang jelas kenapa hal itu terjadi berdasarkan hipotesa
perburuan berlebihan.
Kenapa manusia memburu 23 jenis namun yang
sembilannya tidak? Dan kenapa mereka memburuh spesies tertentu sampai
punah sementara yang lainnya dengan mudah ditemukan karena jumlahnya
berlimpah-limpah?
Pendukung perburuan dengan cepat mempertahankan teorinya.
Haynes
dalam tulisan tahun 2007 berpendapat bahwa alasan untuk menentang
hipotesa perburuan berlebihan berasal 'dari ketidakpedulian yang
didasarkan pada pengetahuan yang tidak lengkap, prasangka, dan salah
interpretasi'. Dia mengatakan bahwa jangan hanya karena tidak ada bukti
yang kuat dalam hipotesa perburuan lantas hal itu menjadi tidak benar.
Gagasanya merujuk pada peribahasa umum dalam sains: tidak ada bukti
jangan dicampurkan dengan bukti atas ketidak adaan.
Dia kemudian menyamakannya dengan misteri Bigfoot.
Memang tidak ada bukti-bukti dalam pengertian ditemukannya sisa-sisa
dari mitos kera besar. Namun itu jelas tidak sama dengan mengatakan 'ada
bukti-bukti bahwa Bigfoot tidak ada'.
"Saya mengatakan penyebabnya mausia," kata Haynes, walau dia mengakui perubahan iklim mungkin juga berperan.
"Tidak
diragukan bahwa perubahan cuaca dan vegetasi berdampak besar pada
populasi megafauna, secara regional maupun kontinental," jelasnya.
"Namun kepunahan yang tidak bisa dihindarkan dari mamalia besar di
beberapa benua, bersamaan dengan penyebaran meluas dari manusia modern
Homo Sapiens ke benua-benua itu, sudah cukup menjadi bukti tidak
langsung untuk meyakinkan saya bahwa faktor utama dalam kepunahan adalah
kehadiran manusia."
Teori penyakit
Haynes
bukan satu-satunya yang yakin dengan teori perburuan. Todd Surovell,
arkeolog dari Universitas Wyoming di Laramie, juga salah seorang
pendukungnya. Dia menunjuk pada korelasi antara kedatangan manusia di
kawasan-kawasan itu dan gelombang kepunahan yang menyusulnya.
Surovell juga mengatakan tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung teori perubahan iklim.
"Kita
tidak punya kasus yang jelas tentang kepunahan skala besar hewan yang
tidak ada manusianya. Mamut, misalnya, bertahan ke masa Holosen di
kepulauan-kepulauan yang tidak terjangkau manusia," katanya. "Kecuali
perubahan iklim secara sempurna mengikuti kolonialisasi global manusia,
tidak bisa dijelaskan terjadinya kepunahan di tempat yang berbeda pada
waktu yang berbeda."
Sementara Haynes mempertanyakan kenapa
perubahan iklim bisa menjadi satu-satunya penyebab ketika amat banyak
genera yang punah ternyata bisa bertahan dalam sejumlah perubahan cuaca
selama dua hingga tiga juta tahun sebelumnya, yang tidak terlalu berbeda
dengan perubahan cuaca terakhir pada masa kepunahan'.
"Masalah
lain dengan perubahan cuaca adalah beberapa kepunahan terjadi ketika
tidak ada perubahan cuaca besar terjadi," kata Haynes.
Ross Barnett, seorang ahli kepunahan Pleistosen di Universitas Kopenhagen, Denmark, sepakat dengan Haynes.
"Peralihan
Pleistosen/Holosen pada dasarnya tidak berbeda dari banyak perubahan
glasial/intraglasial sebelumnya, kecuali ada manusia modern di
sekitarnya."
Namun para peneliti lainnya tidak setuju.
"Semata-mata menunjuk ada masalah dalam argumentasi perubahan cuaca
tidak menjadi bukti bahwa penyebabnya adalah manusia," kata Tony Stuart,
ahli kepunahan megafaunal dari Universitas Durham, Inggris. Stuart
percaya bahwa teori perubahan iklim belu pasti dan banyak pekerjaan yang
diperlukan untuk menentukan bahwa ada sesuatu yang unik tentang Last
Glazial atau Zaman Es.
Ada pula sejumlah ahli yang berpendapat baik perburuan yang berlebihan maupun perubahan iklim adalah tidak benar.
Teori
penyakit yang diusulkan oleh Ross MacPhee dan Preston Marx beperendapat
bahwa 'hyperdisease' atau super penyakit dibawa ke mamalia asli oleh
manusia yang berimigrasi atau mungkin oleh anjing mereka. Penyakit itu
khususnya menyerang mamalia besar, karena spesies yang lebih kecil bisa
bertahan berhubung populasinya lebih banyak dan juga masa kehamilan
mereka yang lebih singkat.
Agar penyakit itu bisa memusnahkan
begitu banyaknya spesies, maka harus 1) bisa hidup di luar tubuh, 2)
mudah menyebar, 3) bisa menginfeksi banyak spesies, dan 4) bisa membunuh
sedikitnya 50% dari yang terinfeksi.
Bagaimanapun gagasan ini
tampaknya tidak punya banyak bukti pendukung, sehingga dianggap banyak
orang kecil kemungkinan sebagai penyebab utama kepunahan pada zaman es.
Prematur untuk menyimpulkan
Dengan
mengkaji berbagai teori-teori yang bertentangan dalam menjelaskan
kepunahan megafaunal ini, muncul pertanyaan seberapa banyak debat ini
menyangkut pendapat yang berbeda dan seberapa banyak pula yang
menyangkut ideologi yang berbeda.
"Ada perlawanan filósofis terhadap gagasan bahwa para pemburu praindustri tidak memiliki kesadaran pelestarian," kata Haynes.
Peneliti
lain merasa ketidaksepakatan sudah menjadi semacam pertarungan. "Mereka
yang berteriak bahwa manusia tidak pernah menjadi penyebab, tampaknya
sama terdorongnya secara ideologis dengan sejumlah orang di sisi
perburuan berlebihan," seperti pengamatan Barnett.
Sementara
Stuart yakin bahwa argumentasi yang berbeda memicu konflik di kalangan
peneliti. "Jelas salah untuk melangkah maju karena seolah-olah
pertanyaannya sudah terjawab," katanya. Dia merasa perdebatan telah
'menghambat penyelidikan lebih lanjut dan menyepelekan
pandangan-pandangan alternatif'.
Apakah mungkin bahwa kepunahan disebabkan oleh keduanya: perubahan iklim dan perburuan berlebihan oleh manusia?
Hal
itulah tampaknya yang terjadi pada kepunahan terakhir megafauna era
Pleistosen di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia Tenggara, jadi
mungkin kombinasinya menjadi penyebab dari musnahnya megafauna di
wilayah-wilayah lain.
"Mungkin tidak ada penjelasan untuk setiap peristiwa kepunahan," kata Surovell.
Namun
Stuart berpendapat masalahnya masih jauh dari pemecahan. "Ini adalah
masalah yang amat rumit dan buktinya tidak cukup untuk sebagian besar
bagian dunia, termasuk Amerika Utara," katanya.
"Jadi tergantung
bagaimana Anda menafsirkan bukti yang tersedia. Pandangan saya adalah
sepenuhnya prematur untuk menyimpulkan secara pasti berdasarkan kondisi
pengatahuan kita sekarang."
Surovell sepakat. "Kita semua memiliki bukti yang sama, namun kita menafisrkan dengan cara berbeda."
Misteri
yang menyelubungi penyebab dari kepunahan zaman es terakhir mungkin
belum terpecahkan namun jelas kepunahan pasa masa kini tidak diragukan
lagi disebabkan kita.
Dengan perubahan iklim yang berubah pesat
dan kegiatan kita yang merusak lingkungan terus berlanjut, mungkin para
ahli Pleistosen akhirnya mencapai konsensus dan sepakat bahwa kombinasi
faktor-faktor tersebut yang mendorong beragam spesies menjadi punah
secara global.
Dua
gol Spurs—julukan Tottenham Hotspur—diciptakan Dele Alli sesaat sebelum
babak pertama berakhir dan ketika babak kedua baru berjalan sembilan
menit.
Hasil tersebut mendongkrak Spurs dari peringkat lima
klasemen sementara Liga Primer ke peringkat tiga dengan mengantongi 42
poin atau terpaut tujuh poin dari Chelsea yang masih mantap sebagai
pemuncak klasemen.
Pada saat bersamaan, kemenangan Spurs menggusur Manchester City dan Arsenal dari tiga besar klasemen.
"Ini
merupakan kemenangan besar, tiga angka yang sangat penting untuk
mengurangi kesenjangan dari pemimpin klasemen. Pertandingan berjalan
sangat keras, kami bermain menghadapi salah satu tim terbaik di Eropa
sehingga nilai kemenangan ini sangat tinggi," ujar manajer Spurs,
Mauricio Pochettino.
Di lain pihak, manajer Chelsea, Antonio Conte, dan
anak-anak asuhannya kecewa tidak bisa meraih 14 kemenangan beruntun
sehingga gagal memecahkan rekor kemenangan terpanjang di Liga Primer
yang dicetak Arsenal pada musim 2001-2002 dan 2002-2003.
Meski demikian, posisi Chelsea masih nyaman lantaran terpaut lima angka dari Liverpool yang berada di posisi kedua.
"Tidak
mudah bermain melawan Tottenham. Tapi kami bermain dengan kepribadian
baik untuk menciptakan peluang demi menciptakan gol, walau kami tidak
bisa meraihnya. Aneh bagi kami kebobolan karena kami bertahan dengan
baik dan mereka dalam momen yang krusial. (Gol tercipta) pada akhir
babak pertama dan kemudian pada babak kedua setelah kami luput dari
kesempatan mencetak gol, namun ini bisa terjadi," papar Conte.
Pada
pertandingan berikutnya, 14 Januari mendatang, Chelsea berpeluang
memperlebar jarak dengan Liverpool dan Spurs mengingat the Blues—julukan
Chelsea—akan bertandang ke Leicester City yang kini menduduki peringkat
15. Adapun Liverpool bakal bertandang ke Old Trafford, markas
Manchester United.
Pemerintah mengeluarkan
kebijakan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dan TDL (Tarif Dasar
Listrik) pada awal tahun 2017 ini.
Penaikan harga BBM mulai berlaku hari ini, 5 Januari 2017, untuk
semua jenis BBM dengan nilai kenaikan 300 rupiah per liter di semua
daerah. Sementara penaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) telah berlaku lebih
dulu mulai 1 Januari 2017 lalu.
Terkait TDL, terdapat penambahan satu golongan tarif baru, yaitu
rumah tangga mampu dengan daya 900 VA. Golongan tarif ini dahulu
merupakan golongan tarif R-1/900 VA.
Akibatnya, sebanyak 18,9 juta pelanggan listrik 900 VA yang masuk
dalam kategori Rumah Tangga Mampu (RTM) akan mengalami pencabutan
subsidi secara bertahap mulai 1 Januari 2017.
Menyikapi kebijakan tersebut, Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini
menyatakan keberatan dan meminta pemerintah mengevaluasi kembali dengan
menimbang kondisi riil masyarakat yang saat ini dalam kondisi ekonomi
yang sulit.
"Sikap Fraksi PKS ini konsisten dengan pandangan Fraksi saat
pembahasan RAPBN 2017. Fraksi PKS menilai dari berbagai indikator
ekonomi dan kesejahteraan, rakyat masih sulit secara ekonomi, angka
pengangguran masih tinggi, sementara daya beli masyarakat masih rendah,"
ungkap Jazuli melalui pesan singkat, Kamis (5/1/2017).
Dengan realitas tersebut, lanjut Jazuli Juwaini, tidak bijak jika
pemerintah menambah beban ekonomi rakyat dengan menaikkan harga BBM dan
TDL.
"Untuk itu, Fraksi PKS meminta kepada Presiden untuk membatalkan atau
menunda kenaikan harga BBM dan TDL karena hal ini akan menambah
kesulitan dan penderitaan rakyat khususnya rakyat kecil," kata Jazuli.
Anggota Komisi I ini menyarankan agar Pemerintah fokus terlebih
dahulu pada upaya peningkatan fundamental kesejahteraan rakyat sebelum
mengambil kebijakan penaikan harga-harga. Kalau diterapkan dalam kondisi
ekonomi rakyat yang sulit saat ini, lanjut Jazuli, jelas ini akan
menjadi "kado pahit" tahun baru 2017.
"Harusnya pemerintah aktif menciptakan lapangan kerja dulu agar
pengangguran bisa dikurangi drastis dan daya beli masyarakat meningkat
signifikan, baru kalau mau menaikan BBM dan TDL pun rakyat tidak akan
terlalu terpukul dan terbebani," tutur Jazuli.
Presiden Joko
Widodo (Jokowi) sudah mengingatkan kepada instansi pemerintahan untuk
tidak menaikan tarif pelayanan yang masuk ke Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) secara berlebihan.
Pernyataan itu dilontarkan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan saat ditanya wartawan tentang kenaikan pembuatan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) hingga BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) pada 6 Januari 2017.
"Ya tadi sebenarnya Presiden mengingatkan waktu di Bogor (Sidang
Kabinet). Kalau tarif PNBP untuk pelayanan masyarakat, janganlah naik
tinggi-tinggi," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinator
Perekonomian, Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Pesan Presiden itu kata Darmin, ditunjukan untuk mengingatkan bahwa
tarif PNBP berkaitan dengan pelayanan. Masyarakat-lah yang akan terkena
dampak bila tarif PNBP terlalu tinggi.
Darmin sendiri membenarkan bahwa tarif baru biaya pembuatan STNK
hingga BPKB lantaran PNBP di Polri tidak pernah naik dari tujuh tahun
lalu. Namun ia juga memiliki pertanyaan.
"Iya betul, tapi apa harus 300 persen (kenaikannya)?," tanya Darmin.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan
Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) tertanggal 6 Desember
2016.
Peraturan ini dibuat untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2010 tentang hal sama, berlaku efektif mulai 6 Januari 2017.
Isinya mengatur tarif baru untuk pengurusan surat-surat kendaraan
bermotor, baik roda dua maupun roda empat oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia secara nasional.
Dalam peraturan baru tersebut, terdapat penambahan tarif pengurusan,
antara lain pengesahan STNK, penerbitan nomor registrasi kendaraan
bermotor pilihan, dan surat izin serta STNK lintas batas negara.
Besaran kenaikan biaya kepengurusan surat-surat kendaraan ini naik dua sampai tiga kali lipat.
Misalnya, untuk penerbitan STNK roda dua maupun roda tiga, pada
peraturan lama hanya membayar Rp 50.000, peraturan baru membuat tarif
menjadi Rp 100.000. Untuk roda empat, dari Rp 75.000 menjadi Rp 200.000.
Kenaikan cukup besar terjadi di penerbitan BPKB baru dan ganti kepemilikan (mutasi).
Roda dua dan tiga yang sebelumya dikenakan biaya Rp 80.000, dengan peraturan baru ini, akan menjadi Rp 225.000.
Roda empat yang sebelumnya Rp 100.000 kini dikenakan biaya Rp 375.000 atau meningkat tiga kali lipat.
Presiden Joko Widodo memimpin sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Jumat (9/9/2016).
Menurut Direktur Indonesia Tax Center (INTAC), Basuki Wibowo, langkah
pemerintah untuk menaikkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
kendaraan bermotor akan menambah beban masyarakat.
"Menurut saya ini tidak adil," ujar Basuki dalam pemaparannya di
kantor Seknas Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA),
Jakarta Selatan, Kamis (5/1/2017).
Polisi sebagai salah satu lembaga yang menerima PNBP kendaraan
bermotor adalah lembaga yang masih terus menyempurnakan dirinya agar
terbebas dari korupsi.
Menurut Basuki, bukan langkah yang bisa jika pemerintah mempercayakan
kenaikan PNBP kendaraan bermotor kepada Polisi yang masih terus
berbenah diri.
"(Masalah) ini harusnya diperbaiki, bukan malah menaikan (PNBP)," terangnya.
Ia berharap Presiden Joko Widodo mau membatalkan kebijakan yang baru akan berlaku besok, Jumat (6/1/2016) itu.
Alasan kenapa kebijakan tersebut harus dibatalkan, adalah kondisi ekonomi masyarakat saat ini.
Koordinator Advokasi dan Infestigasi FITRA, Apung Widadi menambahkan
bahwa pelayanan di kepolisian saat ini masih belum sempurna.
Alasan pemerintah bahwa kenaikan PBNP kendaraan bermotor adalah untuk
menaikkan PNBP pajak kendaraan bermotor, bukanlah alasan tepat.
"Logika itu sebetulnnya terbalik, kewajiban pemerintah kan memberikan
pelayanan yang bagus, karena dia sudah mengambil pajak dari rakyat
setiap tahun. Kenapa harus mengambil lagi," katanya.
Kapolri Jenderal
Tito Karnavian mengungkapkan rencana kenaikan pengurusan yang berkaitan
dengan kendaraan bermotor seperti SIM, STNK dan BPKB telah dibahas lama
di DPR.
“Itu kan sudah lintas sektoral. Dan juga sudah dibicarakan cukup
panjang dengan Komisi III dan Banggar,” kata Tito Karnavian di Kompleks
Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/1/2017).
Tito Karnavian mengatakan, usulan kenaikan tersebut banyak
dikemukakan oleh Badan Anggaran DPR dalam rangka perbaikan pelayanan
publik.
“Usulan itu banyak juga yang dari Banggar. Intinya untuk layanan publik yang lebih baik,” kata Tito Karnavian.
Perbaikan pelayanan publik tersebut, kata Tito Karnavian, yakni akan
diterapkan sistem online misalnya pengurusan SIM yang dibuat di Papua
namun bekerja atau tinggal di Jakarta.
Dengan sistem online, Tito Karnavian mengatakan warga itu tidak perlu
harus bolak-balik Jakarta-Papua untuk perpanjang SIM dan menghabiskan
ongkos yang besar.
“Kalau dengan SIM yang dia online, dia bisa perpanjang langsung ke
Daan Mogot itu dengan membayar uang yang standar Rp 200 ribu berapa
gitu ya. Jadi justru bisa menghemat banyak sekali dengan sistem online,”
tutur Tito Karnavian.
Sama halnya dengan pengurusan STNK yang dimiliki oleh warga yang
lokasi tinggalnya berbeda dengan wilayah dimana STNK itu dibuat.
Selain itu, Tito Karnavian mengatakan, adanya sistem online ini akan
perlahan menghilangkan 'biaya-biaya tambahan' yang berpotensi adanya
penyalahgunaan wewenang, korupsi dan pungli.
"Kenapa demikian? Karena sistem pembayarannya online melalui bank.
Otomatis biaya tambahan yang lebih dari itu, mungkin STNK motor, dengan
sistem online yang kita buat, otomatis dia akan bayar ke bank, sehingga
biaya tambahan itu tidak ada lagi," ucap Tito Karnavian.